Kampung Media Lengge Wawo, Sekretariat: Jalan Lintas Bima - Sape Km.17 Kompleks Lapangan Umum Desa Maria Utara Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, Telepon: 0374-7000447. Bagi yang ingin mengirim Tulisan Berita atau Artikel hubungi Nomor HP: 081803884629/085338436666

Kamis, 29 Januari 2015

Tradisi Bore Loi Akan Tayang di Trans TV

KM LENGGE WAWO,- Tim Liputan dari Televisi Swasta Nasional Trans TV untuk program acara “Indonesia Punya Cerita” mengunjungi Desa Maria untuk melakukan proses pengambilan gambar tentang tradisi gadis di desa yang masih menggunakan obat herbal atau tradisional dalam merawat kulit wajah atau tubuh istilah kerennya Facial (Bore Loi : Bahasa Bimanya) dan mempertahan rambut panjang (Honggo Naru) hingga kaki dengan perawatan tradisonal Shampo dan creambat (Isu) dan mandi di sungai atau kali  (Ndeu Aka Sori) yang masih ada hingga sekarang.

Desa Maria Kecamatan Wawo merupakan salahsatu desa di Indonesia yang masih menyimpan dan mempertahankan warisan budaya dari leluhur dan tetap melestarikan nilai-nilai budaya tradional. Desa Maria juga merupakan salahsatu desa Budaya dan Wisata yang ada di Propinsi NTB.

Di Desa Maria masih banyak tradisi leluhur yang masih ada dalam kehidupan social dan bermasyarakat. Nah…salahsatu tradisi yang tetap ada hingga jaman modern ini, kebiasaan ibu-ibu hingga gadis memakai masker atau facial istilah kerenya untuk yang biasa ke salon atau menggunakan perawatan jasa salon. 

Facial atau masker untuk perawatan Wajah ini bukan dari membeli disalon atau tokoh kecantikan namun di dapatkan dari membuat sendiri dari bahan-bahan yang ada disekitar rumah dan halamanya.

Keunikan inilah yang menggugah hati. tamu dari Jakarta ini dengan ramah  berkunjung ke Desa Maria. Mas Suhud Kordinator Liputan, Mas Asep Kameramen dan Mbak Yayu,   3 orang Tim Trans TV acara Indonesia Punya Cerita datang untuk melihat dan mengekpose langsung kegiatan masyarakat desa Maria terutama ibu-ibu dan remaja serta gadis-gadisnya dalam beraktifitas memasker wajahnya (Bore Loi : Bahasa Bima) sampai mandi di kali. (Ndeu Aka Sori)
 
Kedatangan Tim Liputan dari Trans TV ini telah melewati proses bertemu dengan Kepala Dinas Pariwisata dan Camat Wawo untuk meliput program acara ini sebagai promosi Budaya Bima. Bahkan kedatangannya ke Desa Maria ditemanbi oleh Mas Ikhsan dati Trans TV Bima dan Khusnuk Khatimah Staf Dinas Pariwisata Kabupaten Bima.

Proses pengambilan gambar kegiatan dan acara ini selama dua hari, hari pertama adalah aktifitas ibu-ibu dan gadis desa dan hari kedua pengambilan gambar di situs Uma Lengge dan atraksi budaya Ntumbu (Adu Kepala)

Pada hari pertama Selasa (26/1) pengambilan gambar dilakukan di sekitar rumah warga yang berdekatan dengan Sanggar La Diha, pimpinan Minarni, S. Pd. Proses pengambilan gambar ini benar-benar dilakukan sesuai dengan aktifitas ibu-ibu atau para gadis mempesiapkan Obat Tradisional atau Masker Wajah (Loi Bore: Bhs Bima) di Siang Hari untuk keperluan besok pagi.

Ada beberapa jenis Loi bore yang digunakan dalam setiap aktifitas para gadis didesa Maria. Ada Loi Bore Bura (Obat Masker Putih) yang terbuat dari beras dan lain-lainnya, Loi Bore Monca (Masker Kuning), Loi bore Kala (Masker Merah), Loi Bore Me’e(Masker hitam dan Loi Bore Hijau (Masker Hijau), semua loi bore ini terbuat dari daun-daun, beras, dan tanaman obat-obatan dihalaman rumah.

Proses pengambilan gambar oleh Mas Asep berlansung terus berdasarkan scenario dan arahan sesuai dengan aktifitas harian masyarakat , kegiatan dari awal menyiapkan bahan-bahan herbal dari daun-daun dan tanaman obat-obat kemudian memilih hingga mengulek (Tutu : Bhs Bima) sehingga menjadi Obat yang berupa bubuk yang siap di dipakai untuk Facial atau Masker di wajah (Bore Ta Pahu : Bhs Bima).

Masker atau Facial wajah (Loi Bore) mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing berdasarkan jenis warnah dan bahan-bahan yang digunakan. Contohnya masker atau facial warna merah (Loi Bore Kala) untuk ibu-ibu yang baru melahirkan untuk menghilagkan sakit kepala, mata kunang-kunang atau lemas dan meningkatkan stamina, sedangkan untuk masker/facial  warna hijau (Loi Bore Jao) untuk menghaluskan kulit, menghilangkan jerawat dan flek hitam bagi gadis dan remaja, begitupun Loi Bore yang lainnya mempunyai khasiat yang berbeda.

Pada hari kedua pengambilan gambar bersama Mas asep dan Suhud ini berlansung dari pagi sekitar pukul 06.00 karena aktifitas mulai proses Masker (Bore Loi). Setelah Loi Bore selesai ditumbuk dan dipakai biasanya para gadis atau ibu-ibu berjemuran di depan rumah ramai-ramai bersama tetangga dan gadis lainnya. Stelah masker (Loi Bore) kering para gadis  inni biasanya akan berjalan beriringab dan beramai-ramai pergi mandi di Sungai.

Tempat Pemandian ini sebenarnya bukan di sungai namun ditepi sungai yang airnya merupakan sumber mata air yang keluar dari mata air (Oi Wontu) artinya air yang keluar dari sela-sela batu cadas dalam sejarah OI Wontu ini merupakan Mata Air yang keluar ketika Raja Indra Jamrud (Raja Bima) memukul tongkat untuk apara Punggawanya yang haus sehingga keluarlah air di sela-sela batu dan tidak pernih kering hingga sekarang.

Disamping rajin merawat kulit dan badan gadis-gadis, remaja dan ibu-ibu, tetap mempertahankan keindahan Rambut sebagai Mahkota,. Penggunaan Shampo untuk Creambat tradional dilakukan dengan memakai obat-obat dan bahan tradional yang berasal dari kebun dan halaman mereka sendiri.

Untuk creambat dan shampoo ini (Isu : Bhs Bima) memakai kelapa (Niu) yang dikeringkan, cabe Jawa dan Kemiri (Kaleli : Bahasa Bima) untuk Bahan dasar Shampo dan Creambat (Isu) sehingga tidak heran rambut gadis-gadis desa ini terlihat panjang, lebat dan hitam hingga telapak kaki.

“Fatu, Nisa dan beberapa gadis lainnya mengaku,  saya merawat rambutnya sejak SMP hingga sekarang tidak pernah di potong hanya sekali-sekali ketika rambut terlihat ulai bercabang karena menggunakan shampoo modern dan bercabang maka saya kembali menggunakan Isu untuk merawat kembali rambut saya,”ujar Fatu

Penggambilan gambarpun dilakukan ketika para gadis ini berjalan beriringan dan beramai hingga proses mereka ibu-ibu, remaja dan gadis-gadis ini mandi di pemandian Oi Wontu di dekat sungai. Sampai mereka pulang kembali ke rumah masing-masing untuk beraktifitas.

Setelah itu remaja, gadis dan ibu-ibu di desa ini bagi yang beraktifitas di sawah maupun ladang akan tetap menggunakan Masker atau Facial berwarna kuning (Loi Bore Monca : Bhs Bima) berkhasiat menahan panas dan teriknya sinar matahari saat bekerja disawah atau lading.

Begitupun saat mereka pulang bekerja setelah mandi dan membersihkan wajah dan seluruh badannya remaja, gadis dan ibu-ibu yang beraktifitas disawah ataupun lading akan menggunakan masker atau facial putih (Loi Bore Bura : Bhs Bima) penggunaan malam harinya.

Sri Nuryanti (36) warga dusun Maria Desa Maria mengaku bahwa setiap beraktifitas atau sehabis melahirkan selalu menggunakan bedak / Masker atau facial (Loi Bore) untuk menjaga kesehatan tubuh dan kulitnya. Namun Sri tidak menampik bahwa bedak ataupun masker modrn juga tetap sekali-sekali di pakai.
“Kita Ibu-Ibu maupun gadis di desa Maria selalu memakai bedak / masker nmaupun facial (Loi Bore) setiap bekerja, melahirkan atau beraktiftas di rumah untuk menjaga kelembapan kulit. Kami juga tetap memakai bedak ataupun masker modern untuk merawat kelembaban kulit,”ujar Sri.

Beberapa ibu-ibu dan gadis di Desa Maria mengaku penggunaan bedak / masker untuk facial (Bore Loi) kerap  di lakukan namun penggunaan obat-obat modern tetap sekali-sekali kita pakai. Penggunaan masker / bedak (Loi Bore) obat-obat tradional merupakan warisan dari turun temurun dari buyut, nenek hingga ibu mereka.
“Penggunaan masker / bedak ataupun facial (loi Bore) berbahan dasar herbal dan tradional ini selalu kita pakai sejak masih anak-anak. Sehingga menjadi budaya dan tradisi bagi masyarakat di Desa Maria menjaga warisan leluhur ini. Enak Mas kalau di pakai….terlihat fres dan dinggin kalau memakai bedak / masker tradisonal ini kulit juga terawat karena bisa menetralkan pemakaian obat-obat masker modern,”ujar beberapa gadis saat proses shoting berlangsung.

Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, Khusnul Khatimah yang mendampingi saat proses shoting berlangsung mengapresiasi kepada masyarakat desa Maria, Sanggar La Diha dan Trans TV yang melakukan pengambilan gambar sebagai ajang promosi warisan budaya kita orang Bima (Dou Mbojo).

“Warisan tradisi nenek moyang kita sudah melekat di desa-desa di kecamatan Wawo, jangan sampai termakan oleh jaman. Makanya saya lihat gadis-gadis di Desa Maria ini kulitkulitnya halus dan rambutnya panjang-panjang,”ujar Khusnul. 

Asep cameramen Trans TV Cara Indonedia punya cerita ketika diawawancai oleh kampung-media.com  mengaku kagum dengan masyarakat desa Maria yang masih mempertahankan tradisi menggunakan kosmetika, dan obat-obat tradisonal untuk merawat tubuh.

Pada hari kedua, pengambilan gambar di mulai jam 06.00 Witta di pemandian Mata Air Oi Wobo gadis panjang rambut (Siwe Ajo Honggo Naru) dan dilanjutkan oleh cruew Trans TV melakukan pengambilan gambar di Situs Uma Lengge dengan atraksi budaya Adu Kepala (Ntumbu : Bhs Bima). Pengambilan gambar ini melewati beberapa proses dari awal brafing cruew, pemain hingga proses latihan atau pemanasan para pemain atau prajurit yang akan bermain, ritual baca doa dan minum air yang di do’a kan oleh Sang Guru sebelum permainan.
Pengambilan gambar Ntumbu ini dilaukan berulang-ulang dengan iringan gendang para pemain dari Sanggar La Diha.  Dalam permainan tradional yang terkenal Ektrim atau keras ini si pemain tidak merasakan sakit karena telah meminum air dari sang guru.


Waktu terik mulai beranjak, pengambilan gambar telah rampung diambil oleh Tim “Indonesia Punya Cerita “ dari Trans TV , Kamipun sempat Foto bersama dengan mereka.

Tradisi Budaya warisan nenek moyang yang tetap dipertahankan di Desa Maria ke depan akan menjadi Icon Wisata apabila di kemas dengan Apik untuk dijadikan Paket Wisata. (Efan)

0 komentar:

Posting Komentar