Kampung Media Lengge Wawo, Sekretariat: Jalan Lintas Bima - Sape Km.17 Kompleks Lapangan Umum Desa Maria Utara Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, Telepon: 0374-7000447. Bagi yang ingin mengirim Tulisan Berita atau Artikel hubungi Nomor HP: 081803884629/085338436666

Senin, 25 September 2017

Peran Pemuda Dalam Membangun Bangsa Yang Berperadaban


KM LENGGE,- Pada bulan September tahun 622 Masehi, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalan monumental yakni melaukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, yang menjadi peristiwa besar bagi umat Islam, dimana peristiwa itu mempunyai makna yang mendalam bagi umat Islam dunia, karena peristiwa itu kemudian menjadi awal tahun kalender Islam yang selalu diperingati hingga sekarang. Peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bukan peristiwa yang biasa, tetapi peristiwa tesebut mempunyai makna yang sangat dalam untuk dijadikan pelajaran bagi kita, yaitu bagaimana berjuang menyelamatkan dakwah islam dari gangguan dan ancaman kaum kafir Quraisy.

Sebagian umat islam memaknai bahwa, peristiwa hijrah ini adalah sebagai suatu perpindahan berupa migrasi penduduk dari kota Mekkah ke Madinah. Padahal sejatinya, hijrah ini merupakan sebuah perjuangan besar dan bentuk perlawanan terhadap kaum musyrikin Mekkah dengan resiko kehilangan nyawa. Hijrah bukanlah melarikan diri, tetapi sebuah persiapan membekali diri untuk kehidupan akhirat. Perlu penulis sampaikan bahwa makna hijrah itu ada dua, yaitu Pertama, hijrah makaniyah, yaitu hijrah tempat, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW berpindah dari kota Mekkah ke Madinah. Kedua, hijrah maknawiyah, yaitu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mereformasi serta merevolusi pikiran, tutur kata, dan tingkah laku untuk melakukan perubahan secara konsisten menuju kearah  yang lebih baik di masa mendatang. Dari penjelasan tersebut, makna yang ke dualah yang lebih tepat untuk dijadikan pegangan bagi kita yang hidup di era kekinian. Makna hijrah  yang pertama sudah berakhir sampai pada peristiwa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Setelah Rasulullah SAW melakukan hijrah dan menduduki Madinah, beliau berhasil membangun sebuah tatanan masyarakat yang berperadaban atau yang disebut dengan masyarakat madani, yaitu tatanan masyarakat yang maju (berpendidikan), aman, damai, dan sejahtera.  Sehingga apa yang dilakukan Rasulullah SAW tersebut dijadikan kiblat bagi kemajuan peradaban berikutnya. Keberhasilan Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat yang berperadaban pada saat itu tidak terlepas dari peran pemuda dalam berjuang menegakkan kalimat Allah. Misalnya Zaid bin Tsabit, Mu’adz bin Jabal, Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin ‘Umair, Aisyah, Asmah binti Abi Bakar dan lain-lain.

Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pemuda dalam menegakkan kalimat Allah di atas muka bumi ini, serta memperbaiki mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah pemain utama di masa yang akan datang. Merekalah sebagai pondasi yang menopang masa depan umat ini. Di belahan dunia manapun, kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan berambisi memperjuangkan perubahan menuju lebih baik. Hasan al-Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata, “Disetiap kebangkitan, pemudalah pilarnya. Disetiap pemikiran, pemudalah pengibar panji-panjinya”. Peran pemuda pernah juga tersirat dalam ungkapan presiden Soekarno yang meminta sepuluh pemuda yang dilatih untuk mengguncangkan dunia.

Karena itu, banyak ayat al-Quran dan hadits yang mendorong kita agar membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka kreatif dan produktif maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah. Generasi tua akan digantikan oleh generasi muda yang shaleh. Rasulullah pernah bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah dalam naungan pada hari tidak ada naungan kecuali naungannya yaitu salah satunya seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.” (HR. Muslim). Maka untuk itu, yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimanakah keadaan pemuda Islam hari ini.? Mampukah pemuda Islam hari ini menjadi pemain utama untuk membagun bangsa yang berperadaban.? Pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan mampu dijawab ketika pemuda-pemuda islam mengetahui dan memahami peran serta eksistensinya.

Sekarang kita dihadapkan dengan zaman modern, tantangan gerakan pemuda Islam sangat kompleks, baik yang bersifat konkrit maupun ideologis. Munculnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam era ini bisa mengakibatkan dampak destruktif bagi gerakan pemuda Islam dalam menyiarkan misi Islam kepada masyarakat. Demikian pula munculnya berbagai paham dan ideologis dapat menggeser eksistensi pemuda Islam, yang pada gilirannya akan mendesak lingkup dan laju gerakan pemuda Islam. Masyarakan Islam tidak terkecuali pemuda di dalamnya mau tidak mau akan berhadapan dengan dampak dari era ini dalam bentuk agresi politik, kultural, ekonomi, dan ideologi yang memarjinalkan dan mendiskualifikasikan struktur tradisional masyarakat yang sudah mapan. Pada dataran ini gerakan pemuda Islam dituntut mampu memberikan paradigma-paradigma baru yang mampu mentransfer pesan-pesan ajaran Islam kepada masyarakat.

Secara umum, masalah yang dihadapi oleh pemuda-pemuda Islam dalam membangun pribadi yang beradab serta membangun bangsa yang berperadaban ada du faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternalnya adalah, problem hegemoni peradaban Barat. Peradaban Barat yang berlandaskan pada paham sekularisme, rasionalisme, liberalisme, utilitarianisme, dan materialisme, telah membawa dunia menuju ambang kehancuran. Memang tidak menutup mata berbagai keberhasilan dan kemajuan yang dihasilkan oleh peradaban ini. Namun tidak dapat juga dipungkiri peradaban Barat juga telah menghasilkan penjajahan, perang berkepanjangan, ketimpangan sosial, kerusakan lingkungan, keterasingan (alienasi) dan anomie (berkurangnya adat sosial atau standar etika dalam diri individu atau masyarakat). Tidak terdapat keseimbangan dan ketertiban di masyarakat. Ilmu yang berkembang di dunia Barat saat ini berdasarkan pada rasio dan panca indra, jauh dari wahyu dan tuntutan ilahi. Meskipun telah menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi manusia, ilmu Barat modern telah pula melahirkan bencana, baik kepada kemanusiaan, alam, maupun akhlak. Akibat paham materialisme maka terjadi penjajahan dan kolonialisasi. Perbudakan terjadi dan kekayaan alam dieksploitasi. Peradaban Barat diakui telah mendatangkan kekayaan secara material, tetapi sangat kering dan miskin secara etika dan moral. Segala sesuatu cenderung dilihat dari sudut kemajuan material. Ini sesungguhnya merupakan degredasi dan reduksi terhadap kualitas hidup manusia. Akibatnya, nilai-nilai luhur kemanusiaan, sepeti kasih sayang, kebersamaan, solidaritas, dan persaudaraan sebagai sesama manusia kurang mendapat perhatian yang wajar dalam masyarakat.

Sedangkan faktor internalnya adalah, pemuda-pemuda Islam kebanyak sudah meninggalkan agamanya atau meninggalkan petunjuk hidupnya (al-Quran dan sunnah). Jika pemuda-pemuda Islam mulai menjauhkan diri dari petunjuk yang telah ditetapkan dalam al-Quran dan sunnah maka secara otomatis kehidupannya tidak akan terarah dan yang menjadi motor penggerak dalam dirinya adalah hawa nafsu. Pemuda-pemuda Islam lebih suka jalan-jalan ke mall dari pada pergi ke masjid, lebih suka main facebook, whatApp, twitter dari pada membaca dan mengkaji isi kadungan al-Quran serta membaca dan mengkaji ilmu pengetahuan, lebih suka duduk nongkrong di jalan-jalan dari pada duduk di majlis ilmu. Kondisi-kondisi seperti utulah yang membuat generasi Islam mengalami penurunan kualitas SDM maupun kualitas moral. Sehingga pengaruh-pengaruh yang datang dari luarpun sulit ditangkis oleh generasi-generasi Islam, yang pada akhirnya mereka mengikuti tanpa ada proses filterisasi.

Problem-problem seperti yang telah dijelaskan oleh penulis di atas, merupakan problem yang harus segera diatasi oleh pemuda-pemuda Islam. Pergantian tahun baru hijriyah (tahun baru baru umat Islam) adalah momen bagi pemuda-pemuda Islam untuk memuhasabah diri menjadi pribadi yang kreatif, produktif serta inovatif. Pemuda-pemuda Islam harus bisa memahami serta merealisasikan makna hijrah sebagai hijrah islamiyah, yaitu peralihan kepasrahan kepada Allah secara total. Artinya setelah modernisme menggiring kita kepada rasionalisme yang tinggi, hingga menyandarkan kehidupan pada tekhnologi, menggiring kita pada pemikiran yang apatis, hedonis, serta materialistis, maka saatnya kita sebagai pemuda Islam harus berbalik arah kepada Allah yang maha pencipta. Atau dalam bahasa yang berbeda pemuda-pemuda Islam harus berhijrah dari pribadi yang malas menjadi pribadi yang cinta akan ilmu pengetahuan, dari pribadi yang jauh dari petunjuk menjadi pribadi yang selalu melekatkan diri pada petunjuk, serta dari pribadi yang biadab menjadi pribadi yang beradab.

Pemuda-pemuda Islam tidak akan mungkin bisa membangun bangsa yang beperadaban kalau dalam dirinya belum melakukan hijrah di jalan Allah. Sebab membangun bangsa yang berperadaban harus dimulai dari pribadi pemuda itu sendiri. Sehingga tidak berlebihan jika penulis mengatakan bahwa syarat yang paling utama dalam membangun bangsa yang berperadaban adalah harus dimulai dari pribadi-pribadi yang beradab, bukan pribadi-pribadi yang biadab. Kalau pemuda-pemuda Islam sudah mampu berhijrah untuk menjadikan dirinya sebagai pribadi yang beradab maka pemuda-pemuda akan mudah menjalankan perannya dalam membangun bangsa yang berperadaban, yaitu bangsa yang maju, aman, damai, sejahtra, serta bangsa yang diridoi oleh Allah SWT.

Diakhir tulisan ini penulis menegaskan bahwa, dalam membangun bangsa yang berperadaban, pemuda-pemuda Islam paling tidak harus memiliki lima hal, yaitu memiliki pemikiran yang dilandasi keikhlasan karena Allah, mengabadikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah, tak pernah berhenti mencari ilmu sebagai bekal hidupnya, karena peadaban tidak akan pernah tegak tanpa imu, dan mengamalkan ilmu yang didapatkan serta berjihad untuk merealisasikan ilmunya. Sebab, tanpa usaha dan perjuangan sebuah ide atau gagasan tidak akan pernah muncul dan berkembang. Bangsa kita, isnya Allah akan bangkit menjadi Bangsa yang berperadaban jika para pemudanya menjaga orisinalitas pemikiran Islam mereka berdasarkan system nilai dan akidah Islam.

Semoga di tahun baru 1439 H. ini pemuda-pemuda Islam benar-benar bisa memberikan kontibusi serta menjalankan perannya dalam membangun bangsa yang berperadaban. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin..!!!  (AHMAD, S.Pd.I, M.Pd) Penulis  Lulusan Pascasarjana UIN Mataram

0 komentar:

Posting Komentar